Rizal Fahmi - Media Pergerakan
Bedah buku Khazanah Aswaja. MEDIA PERGERAKAN/M.Fadli Syakur. |
Pekanbaru - Kegiatan
seminar bedah buku Khazanah Aswaja ini dilaksanakan di Pondok Pesantren
Al-Mujtahadah Kota Pekanbaru dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional
pada Ahad(22/10).
Acara ini dihadiri oleh PW Muslimat NU Riau Ibu Dinawati, ISNU Riau, IPPNU, PC PMII Pekanbaru, PC PMII Dumai dan PKC PMII Riau Kepri, Serta lebih kurang 250 peserta yang berasal dari beberapa utusan Pondok Pesantren, dosen, guru dan beberapa Mahasiswa dari berbagai kampus di Riau.
Dalam acara tersebut tampak para peserta sangat antusias dalam mengikuti pemaparan materi dan diskusi interaktif bersama dua pemateri yang luar biasa yakni KH.Yusuf Suharto, M.Pd.I. dan KH. Ma’ruf Khozin yang merupakan dua orang tokoh NU anggota Aswaja NU Centre PWNU Jatim dan LBM PWNU Jatim yang aktif dalam dunia Literasi Keilmuan Islam Nasional.
Saat ditanya tim redaksi Media Pergerakan, apa yang menjadi dasar (tujuan) fatayat NU Riau mengadakan acara bedah buku Khazanah Aswaja dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional? Serta apa harapan dari panitia pelaksana kedepannya bagi peserta dan umumnya masyarakat? Mustiqowati Ummul Fithriyyah, M.Si. mengatakan “ yang melatarbelakangi diadakannya kegiatan bedah buku itu adalah dengan munculnya gerakan radikalisasi islam yang semakin kuat, maka kita perlu mengupayakan penguatan pemahaman ajaran Ahlusunnah Waljama’ah (yang diajarkan oleh para ulama NU), pada masyarakat Muslim khususnya untuk warga Nahdiyyin. Karena, ajaran Ahlusunnah Wal Jama'ah yang disampaikan oleh para ulama Nu merupakan pilar untuk terwujudnya Islam rahmatan lil’aalamin. Sehingga output dari penguatan pemahaman aswaja ini adalah terwujudnya individu-individu yang memiliki sikap pluralis,humanis, dan toleran didalam keberagaman di Indonesia ini.
Bedah buku khazanah aswaja ini adalah acara yang sangat bagus dizaman sekarang ini, terutama karena semakin menjamurnya kelompok-kelompok islam radikal dan ekstrim yang mengklaim kelompok mereka aswaja. Namun, pada nyatanya gerakan dan ideologinya tidak sesuai dengan ajaran aswaja yang sebenarnya. Maka dengan adanya bedah buku khazanah aswaja ini peserta maupun masyarakat lebih bisa membedakan dan mengenal siapa yang dikatakan aswaja (ahlussunnah waljama’ah) yang sebenarnya sesuai yang diajarkan Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari ujar Ikhlas Musawibah selaku peserta dari agenda tersebut pada ahad (22/10).
Dalam acara tersebut tampak para peserta sangat antusias dalam mengikuti pemaparan materi dan diskusi interaktif bersama dua pemateri yang luar biasa yakni KH.Yusuf Suharto, M.Pd.I. dan KH. Ma’ruf Khozin yang merupakan dua orang tokoh NU anggota Aswaja NU Centre PWNU Jatim dan LBM PWNU Jatim yang aktif dalam dunia Literasi Keilmuan Islam Nasional.
Saat ditanya tim redaksi Media Pergerakan, apa yang menjadi dasar (tujuan) fatayat NU Riau mengadakan acara bedah buku Khazanah Aswaja dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional? Serta apa harapan dari panitia pelaksana kedepannya bagi peserta dan umumnya masyarakat? Mustiqowati Ummul Fithriyyah, M.Si. mengatakan “ yang melatarbelakangi diadakannya kegiatan bedah buku itu adalah dengan munculnya gerakan radikalisasi islam yang semakin kuat, maka kita perlu mengupayakan penguatan pemahaman ajaran Ahlusunnah Waljama’ah (yang diajarkan oleh para ulama NU), pada masyarakat Muslim khususnya untuk warga Nahdiyyin. Karena, ajaran Ahlusunnah Wal Jama'ah yang disampaikan oleh para ulama Nu merupakan pilar untuk terwujudnya Islam rahmatan lil’aalamin. Sehingga output dari penguatan pemahaman aswaja ini adalah terwujudnya individu-individu yang memiliki sikap pluralis,humanis, dan toleran didalam keberagaman di Indonesia ini.
Bedah buku khazanah aswaja ini adalah acara yang sangat bagus dizaman sekarang ini, terutama karena semakin menjamurnya kelompok-kelompok islam radikal dan ekstrim yang mengklaim kelompok mereka aswaja. Namun, pada nyatanya gerakan dan ideologinya tidak sesuai dengan ajaran aswaja yang sebenarnya. Maka dengan adanya bedah buku khazanah aswaja ini peserta maupun masyarakat lebih bisa membedakan dan mengenal siapa yang dikatakan aswaja (ahlussunnah waljama’ah) yang sebenarnya sesuai yang diajarkan Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari ujar Ikhlas Musawibah selaku peserta dari agenda tersebut pada ahad (22/10).
(rzf/mp)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar