Selancar Situs

Jajak Info

PENGUMUMAN

Sabtu, 19 Mei 2018

Sebuah Prosa Indah Hasil Refleksi Jiwa Seorang Kader PMII Berjudul: "Khauf"

Oleh: Maslahudin Elsiaki

Media Pergerakan: PMII UIN SUSKA


Media Pergerakan: Foto dari facebook maslahuddin elsiaki

Khauf

Guntur itu sampai menusuk jiwa.!!!
Terdampar menggemuruh pada langit - langit pertiwi,
memoles jingganya mega menjadi lukisan tangan - tangan izroil
di hujung perampokan nyawa-nyawa kelana yang bertebar di jagad Nusantara.

Apa yang sedang engkau pikiran saudara! ??
tidak kah engkau pandangi begitu indahnya harmoni  perbedaa ini?

Tetap mu kian nanar di penghujung usia. Anggap mu benar... Merasa benar, hingga tiada kebenaran selain mu dan tiada yang benar selain kamu.

Laksana pemabuk yang merindu singgasana surga...
Bermimpi membangun firdaus di tengah - tengah kedalaman jurang jahannam yang menyala-nyala.

1 Ramadan, 2018

Minggu, 13 Mei 2018

SEBUAH CORETAN LUGU KADER PMII

Oleh: Rizal Muhammad Al-Husaini

Media Pergerakan: PMII UIN SUSKA
Media Pergerakan: pmii uin suska. image taken by. Muhammad Idris
Hidup merupakan sebuah pilihan, dan pilihannya Cuma 2 yakni melarat atau bahagia. Begitu juga dengan berPMII, berPMII merupakan sebuah pilihan dan pilihannya juga ada dua, berproses dengan baik atau anda akan tersesat dan menyesal selamanya. Demikianlah analogi simpel dari sebuah kehidupan berorganisasi.

Kita semua adalah pemimpin, namun yang membedakan kita cuma level dan tingkatan saja. Ada yang diamanahkan memimpin Negara, ada yang diamanahkan memimpin daerah, ada yang diamanahkan menjadi pemimpin kampung, ada yang diamanahkan menjadi pimpinan kelompok dan yang paling simpel adalah menjadi pemimpin bagi diri sendiri.

Ada banyak proses yang harus dilalui untuk menjadi seorang pemimpin yang cakap. Salah satu cara untuk melatih kepemimpinan adalah dengan berorganisasi. Orang yang aktif di organisasi pasti memiliki satu nilai (+) ketika iya menjadi seorang pemimpin ketimbang orang yang tidak punya basic organisasi. Karena di dalam sebuah organisasi, apalagi sekelas PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) disana kita akan dihadapkan dengan banyak sekali dinamika-dinamika yang menuntut untuk diselesaikan, ini merupakan salah satu bentuk penndewasaan sikap dan pola fikir seseorang. Apabila kita berhasil melewati dinamika-dinamika tersebut dengan baik. Maka, otomatis kita pasti siap ketika dihadapkan dengan berbagai problematika dalam sebuah kepemimpinan.

Namun terlepas dari masalah proses tadi, ada banyak orang yang salah dalam menanggapi sebuah proses. Terutama ketika mereka menghadapi sebuah dinamika-dinamika organisasi. Beberapa orang terbiasa memanfaatkan dinamika yang terjadi dalam sebuah organisasi sebagai ajang memperkaya diri dan memenuhi ambisi-ambisi pribadi. Disinilah awal mula munculnya embrio virus yang kelak akan menggerogoti mental dan pola fikir mereka yang terlanjur terlena akan kenikmatan-kenikmatan sesaat.

Berangkat dari permasalah salah makna dalam berproses tadi sangat erat kaitannya dengan kondisi-kondisi para pejabat Negara yang saat ini sibuk berpolemik dengan permainan uang panas. Yang berujung ke meja hijau KPK dan jeruji besi. Namun walaupun demikian, itu semua sepertinya tidak memberikan efek jera yang cukup signifikan bagi teman-teman pejabat dan ASN. Karena mereka sudah terlalu keras untuk dipecahkan dan terlalu licin untuk ditangkap. Mengapa demikian?....hal ini diakibatkan karena mereka telah melalui berbagai proses pembiasaan pada dinamika dan problematika organisasi yang telah mereka jalani sebelumnya. Sehingga otak-otak mafia dan pola fikir materialistis dan kapitalis yang telah mengkristal di diri mereka membuat suara hati nurani mereka hilang tak berbekas bagaikan ditelan bumi.

Jadi jangan disalahkan apabila kasus korupsi di negeri ini semakin menjamur karena itu semua merupakan sebuah efek pembiasaan. Dari sejak dini mereka telah terinfeksi dengan pola-pola meterialis yang menjadikan tujuan hidup mereka selalu berorientasi kepada nilai kebendaan dan kegiatan untuk mencari keuntungan-keuntungan pribadi dari setiap kesempatan yang mereka dapatkan dalam sebuah organisasi. Jadi, salah satu cara untuk membasmi korupsi di negeri ini adalah dengan memutus mata rantai pembiakan korupsi itu sendiri dari jenjang yang paling dasar seperti dalam dunia organisasi terutama organ-organ kemahasiswaan.  Namun sampai saat ini sangat sulit untuk memutus mata rantai dan simpul-simpul pola meterialis kapitalis di dunia organ kemahasiswaan ini. Termasuk di Tubuh organ PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) terkhusus Kota Pekanbaru.(mp/rzf)

Senin, 07 Mei 2018

Yang Benar atau Yang Salah

Oleh: Rizal Muhammad Al-Husaini

Media Pergerakan: PMII UIN SUSKA

Media Pergerakan: foto taken by. Iin Nopika Fitri
Dalam hidup ini, selalu saja ada berbagai probelmatika yang datang silih berganti. Selesai satu datang dua, selesai dua datang tiga dan seterusnya. Namun itu semua bukanlah sebuah alasan untuk menyerah begitu saja.

Manusia diciptakan sebagai makhluk yang diberi kelebihan akal fikiran dan perasaan. Sehingga ketika ia mengahadapi sebuah problem, maka otomatis ia akan berfikir untuk menyelesaikannya. Walau terkadang usaha penyelesaian itu seperti tak pernah menemui titik temu. Dan ini tak khayal menjadi sebuah dilematika kompleks bagi setiap individu yang mengalaminya.

Ketika kita berbicara tentang sebuah problem. Pastinya akan muncul beberapa spekulasi. Dan yang paling sering muncul adalah perdebatan antara yang benar dan yang salah. Kedua kata ini merupakan sebuah peristiwa yang sangat sulit untuk ditemukan titik temu diatara keduanya. Karena ia bersifat dinamis sesuai dengan pribadi individu yang menaknai problematika itu.

Benar atau salah memang selalu menjadi sebuah punca masalah. Ketika seseorang mengatakan dirinya benar, itu sah-sah saja karena iya mempunyai hak untuk menyatakan kebenaran itu, berdasarkan perspektif dan sudut pandangnya sendiri. Begitu juga sebaliknya setiap orang juga punya hak untuk menyatakan sesuatu itu salah berdasarkan sudut pandangnya pribadinya. Namun disini masalahnya adalah ketika keduanya sama-sama keras. Maka keduanya atau salah satunya pasti ada yang hancur menjadi abu.

Disinilah dibutuhkan adanya kelembutan dan kelapangan dada. Supaya bisa ditemukan titik temu dari kedua pernyataan tersebut. Namun tak banyak orang yang sadar akan hal ini. Kebanyakan mereka selalu menghadapi sebuah problem dengan keras hati. Sehingga bukan perdamaian yang mereka dapatkan. Namun justru perpecahan.

Sahabat, sebuah kebaikan tak akan pernah berdiri dengan mudah. Namun jangan jadikan kesulitan ini untuk selalu berkeras hati. Karena itu bukanlah solusi. Ya Allah Ya Nurul Qalbi, terangilah, lapangkanlah, bersihkanlah hati kami. Dengan kelembutan Cahayamu. (mp/rzfa)

Minggu, 06 Mei 2018

Sebuah Prosa Cinta berjudul: Malu

Oleh: Fasya

Media Pergerakan: PMII UIN SUSKA


Media Pergerakan: Picture by. M.Ridwan Lubisa
MALU

Aku malu untuk jatuh cinta
malu kepada sang pencipta
malu ketika mencintai ciptaa-Nya
melebihi cinta pada sang penciptanya

aku malu ...
malu untuk berharap
malu kepada sang pencipta
ketika berharap kepada makhluknya
melibihi harapan kepada sang pencipta-Nya.


Sabtu, 05 Mei 2018

Fenomena Pergerakan Mahasiswa Zaman Now

Oleh: Rizal Muhammad Al-Husaini

Media Pergerakan: PMII UIN SUSKA
gambar ilustrasi from google search
Provinsi Riau merupakan salah satu provinsi terkaya di Indonesia dengan berbagi macam produk-produk ekspor mentahnya baik minyak, gas, dan barang tambang lainnya. Akan tetapi mengapa dengan berbagai kelebihan dan kekayaan yang melimpah ini pembangunan di provinsi riau cenderung tidak merata dan bahkan beberapa bentuk pembangunan terutama fasilitas-fasilitas public berupa jembatan, pelabuhan, bendungan dll. Hanyalah sebagai symbol atau jalan untuk mencairkan pundi proyek yang ujung-ujungnya mangkrak dan terbengkalai begitu saja. Ini baru dari segi fasilitas, jika kita melihat dari segi penegakan hukum dan pelayanan sosial kita akan menemukan berbagai kesalahan seperti masih maraknya pungli dimana-mana, korupsi, dan berbagai perizinan-perizinan yang cacat namun dibiarkan seperti halnya tempat-tempat hiburan malam yang sering nakal namun seperti tidak ada tindak lanjut dari para aparat penegak hukum sendiri. Begitu juga dengan maraknya banci-banci yang bertebaran di beberapa tempat sepanjang jalan Kota Pekanbaru seharunya ini dilakukan tindak lanjut namun sepertinya aparat penegak hukum hanya terdiam seribu kata. Apakah sudah ada kong kalikung dibalik ini semua atau bagaimana? Tentunya hal ini akan membuat miris bagi mereka yang berfikir akan hal ini.

Berkaca dari fenomena diatas maka muncul pertanyaan dimanakah peran kaum muda dan mahasiswa yang katanya adalah sebagai agen of change dan agen social control. Kemanakah mereka? para kaum muda. Para kaum muda kita banyak disibukkan dengan pergulatan dunia akademik yang tiada habisnya dan asyik di nina bobokkan oleh gadget-gadget yang selalu menjadi teman setia mereka. Sehingga mereka tak sadar telah lupa dengan permasalah dan realita sosial yang terjadi di sekitar mereka. Nah lantas bagaimanakah solusinya untuk membangkitkan dan menyadarkan jiwa-jiwa yang telah terlanjur nyaman di sana.

Jika kita menghitung mundur dari tahun 1998 ke beberapa puluh tahun silam maka kita akan melihat pergerakan nyata dari mahasiswa terhadap berbagai permasalah dan realita social yang terjadi di Negara Indonesia. Namun jika kita menghitung keatas dari tahun 1998 sampai tahun 2018 maka kita akan mendapati bahwa pergerakan dan respon mahasiswa terhadap realita sosial di masyarakat mulai meredup apakah gerangan kiranya yang menyebabkan hal ini. Disini kita akan mengupas sedikit demi sedikit penyebabnya.

Ada banyak penyebab dari kemunduran gerakan dan peran mahasiswa terhadap realita social yang terjadi di masyarakat  diantaranya adalah: pesatnya arus globalisasi yang menyebabkan munculnya pola hidup hedonis, perkembangan iptek, dan pola akademik kampus itu sendiri.

Sebelum kita membahas lebih jauh mengenai bagaimana cara membangkitkan jiwa dan semangat mahasiswa untuk peka terhadap permasalahan dan kondisi realita social di sekitarnya maka alanglah baiknya kita sentil sedikit fenomena mahasiswa di dunia akademik kampus, Terutama yang ada di Pekanbaru. Di kota pekanbaru ada banyak kampus dan universitas besar seperti UIN SUSKA, UR, UIR, UMRI, UNILAK dll. Yang pastinya disana ada cukup banyak mahasiswa didalamya. Namun itu semua seperti parang tumpul yang selalu terlempar ketika digunakan untuk menebang pohon yang artinya mahasiswanya banyak namun mereka tak punya cukup waktu untuk membahas dan mengenali permasalahan dan ralita social di sekitar mereka sehingga mereka selalu merasa jenuh dan mencari pelarian lain untuk mengisi kejenuhan mereka denga bersemedi bersama gadget-gadget mewah mereka.

Selain itu di keseharian mereka di kampus sangat jarang ada dosen yang mau membangkitkan semangat mahasiswanya untuk peka terhadap permasalahan dan realita sosial yang terjadi di sekitarnya. Kebanyakan dosen-dosen di kampus terkhusus Riau terlalu memaksakan mahasiswanya untuk terpatok kepada prestasi akademik tanpa menghiraukan sisi kepekaan sosial yang seharusnya menjadi aspek yang wajib dimiliki mahasiswa dan kaum muda itu sediri. Sehingga jangan salahkan mahasiswa jika hanya sedikit mereka yang peka terhadap permasalahan dan relita sosial di masyarakat karena sejatinya rumah mereka sendirilah yang telah mengekang kreatifitas mereka.

Memang sulit untuk merubah pola yang sudah mendarah daging namun yakinlah itu semua bisa dirubah namun tidak akan bisa seinstan yang kita bayangkan semuanya butuh proses dan proses itu adalah dari diri kita sendiri.

Sadarlah duhai kaum muda, sadarlah duhai mahasiswa, sadarlah banyak saudaramu yang merintih kesakitan disana, sadarlah sahabatku bumimu yang kau pijak menjerit setiap hari karena tanahnya dikeruk oleh tikus-tikus nakal berdasi. Salam pergerakan.(mp/rzfa)