Selancar Situs

Jajak Info

PENGUMUMAN

Minggu, 13 Mei 2018

SEBUAH CORETAN LUGU KADER PMII

Oleh: Rizal Muhammad Al-Husaini

Media Pergerakan: PMII UIN SUSKA
Media Pergerakan: pmii uin suska. image taken by. Muhammad Idris
Hidup merupakan sebuah pilihan, dan pilihannya Cuma 2 yakni melarat atau bahagia. Begitu juga dengan berPMII, berPMII merupakan sebuah pilihan dan pilihannya juga ada dua, berproses dengan baik atau anda akan tersesat dan menyesal selamanya. Demikianlah analogi simpel dari sebuah kehidupan berorganisasi.

Kita semua adalah pemimpin, namun yang membedakan kita cuma level dan tingkatan saja. Ada yang diamanahkan memimpin Negara, ada yang diamanahkan memimpin daerah, ada yang diamanahkan menjadi pemimpin kampung, ada yang diamanahkan menjadi pimpinan kelompok dan yang paling simpel adalah menjadi pemimpin bagi diri sendiri.

Ada banyak proses yang harus dilalui untuk menjadi seorang pemimpin yang cakap. Salah satu cara untuk melatih kepemimpinan adalah dengan berorganisasi. Orang yang aktif di organisasi pasti memiliki satu nilai (+) ketika iya menjadi seorang pemimpin ketimbang orang yang tidak punya basic organisasi. Karena di dalam sebuah organisasi, apalagi sekelas PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) disana kita akan dihadapkan dengan banyak sekali dinamika-dinamika yang menuntut untuk diselesaikan, ini merupakan salah satu bentuk penndewasaan sikap dan pola fikir seseorang. Apabila kita berhasil melewati dinamika-dinamika tersebut dengan baik. Maka, otomatis kita pasti siap ketika dihadapkan dengan berbagai problematika dalam sebuah kepemimpinan.

Namun terlepas dari masalah proses tadi, ada banyak orang yang salah dalam menanggapi sebuah proses. Terutama ketika mereka menghadapi sebuah dinamika-dinamika organisasi. Beberapa orang terbiasa memanfaatkan dinamika yang terjadi dalam sebuah organisasi sebagai ajang memperkaya diri dan memenuhi ambisi-ambisi pribadi. Disinilah awal mula munculnya embrio virus yang kelak akan menggerogoti mental dan pola fikir mereka yang terlanjur terlena akan kenikmatan-kenikmatan sesaat.

Berangkat dari permasalah salah makna dalam berproses tadi sangat erat kaitannya dengan kondisi-kondisi para pejabat Negara yang saat ini sibuk berpolemik dengan permainan uang panas. Yang berujung ke meja hijau KPK dan jeruji besi. Namun walaupun demikian, itu semua sepertinya tidak memberikan efek jera yang cukup signifikan bagi teman-teman pejabat dan ASN. Karena mereka sudah terlalu keras untuk dipecahkan dan terlalu licin untuk ditangkap. Mengapa demikian?....hal ini diakibatkan karena mereka telah melalui berbagai proses pembiasaan pada dinamika dan problematika organisasi yang telah mereka jalani sebelumnya. Sehingga otak-otak mafia dan pola fikir materialistis dan kapitalis yang telah mengkristal di diri mereka membuat suara hati nurani mereka hilang tak berbekas bagaikan ditelan bumi.

Jadi jangan disalahkan apabila kasus korupsi di negeri ini semakin menjamur karena itu semua merupakan sebuah efek pembiasaan. Dari sejak dini mereka telah terinfeksi dengan pola-pola meterialis yang menjadikan tujuan hidup mereka selalu berorientasi kepada nilai kebendaan dan kegiatan untuk mencari keuntungan-keuntungan pribadi dari setiap kesempatan yang mereka dapatkan dalam sebuah organisasi. Jadi, salah satu cara untuk membasmi korupsi di negeri ini adalah dengan memutus mata rantai pembiakan korupsi itu sendiri dari jenjang yang paling dasar seperti dalam dunia organisasi terutama organ-organ kemahasiswaan.  Namun sampai saat ini sangat sulit untuk memutus mata rantai dan simpul-simpul pola meterialis kapitalis di dunia organ kemahasiswaan ini. Termasuk di Tubuh organ PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) terkhusus Kota Pekanbaru.(mp/rzf)

Tidak ada komentar: