Media Pergerakan: PMII UIN SUSKA
Media Pergerakan: pmii uin suska. image taken by. Muhammad Idris |
Hidup merupakan sebuah pilihan,
dan pilihannya Cuma 2 yakni melarat atau bahagia. Begitu juga dengan berPMII,
berPMII merupakan sebuah pilihan dan pilihannya juga ada dua, berproses dengan
baik atau anda akan tersesat dan menyesal selamanya. Demikianlah analogi simpel
dari sebuah kehidupan berorganisasi.
Kita semua adalah pemimpin, namun
yang membedakan kita cuma level dan tingkatan saja. Ada yang diamanahkan
memimpin Negara, ada yang diamanahkan memimpin daerah, ada yang diamanahkan
menjadi pemimpin kampung, ada yang diamanahkan menjadi pimpinan kelompok dan
yang paling simpel adalah menjadi pemimpin bagi diri sendiri.
Ada banyak proses yang harus
dilalui untuk menjadi seorang pemimpin yang cakap. Salah satu cara untuk
melatih kepemimpinan adalah dengan berorganisasi. Orang yang aktif di
organisasi pasti memiliki satu nilai (+) ketika iya menjadi seorang pemimpin
ketimbang orang yang tidak punya basic organisasi. Karena di dalam sebuah
organisasi, apalagi sekelas PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) disana
kita akan dihadapkan dengan banyak sekali dinamika-dinamika yang menuntut untuk
diselesaikan, ini merupakan salah satu bentuk penndewasaan sikap dan pola fikir
seseorang. Apabila kita berhasil melewati dinamika-dinamika tersebut dengan
baik. Maka, otomatis kita pasti siap ketika dihadapkan dengan berbagai
problematika dalam sebuah kepemimpinan.
Namun terlepas dari masalah
proses tadi, ada banyak orang yang salah dalam menanggapi sebuah proses.
Terutama ketika mereka menghadapi sebuah dinamika-dinamika organisasi. Beberapa
orang terbiasa memanfaatkan dinamika yang terjadi dalam sebuah organisasi
sebagai ajang memperkaya diri dan memenuhi ambisi-ambisi pribadi. Disinilah awal
mula munculnya embrio virus yang kelak akan menggerogoti mental dan pola fikir
mereka yang terlanjur terlena akan kenikmatan-kenikmatan sesaat.
Berangkat dari permasalah salah
makna dalam berproses tadi sangat erat kaitannya dengan kondisi-kondisi para
pejabat Negara yang saat ini sibuk berpolemik dengan permainan uang panas. Yang
berujung ke meja hijau KPK dan jeruji besi. Namun walaupun demikian, itu semua sepertinya
tidak memberikan efek jera yang cukup signifikan bagi teman-teman pejabat dan
ASN. Karena mereka sudah terlalu keras untuk dipecahkan dan terlalu licin untuk
ditangkap. Mengapa demikian?....hal ini diakibatkan karena mereka telah melalui
berbagai proses pembiasaan pada dinamika dan problematika organisasi yang telah
mereka jalani sebelumnya. Sehingga otak-otak mafia dan pola fikir materialistis
dan kapitalis yang telah mengkristal di diri mereka membuat suara hati nurani
mereka hilang tak berbekas bagaikan ditelan bumi.
Jadi jangan disalahkan apabila
kasus korupsi di negeri ini semakin menjamur karena itu semua merupakan sebuah
efek pembiasaan. Dari sejak dini mereka telah terinfeksi dengan pola-pola
meterialis yang menjadikan tujuan hidup mereka selalu berorientasi kepada nilai
kebendaan dan kegiatan untuk mencari keuntungan-keuntungan pribadi dari setiap
kesempatan yang mereka dapatkan dalam sebuah organisasi. Jadi, salah satu cara
untuk membasmi korupsi di negeri ini adalah dengan memutus mata rantai
pembiakan korupsi itu sendiri dari jenjang yang paling dasar seperti dalam
dunia organisasi terutama organ-organ kemahasiswaan. Namun sampai saat ini sangat sulit untuk memutus
mata rantai dan simpul-simpul pola meterialis kapitalis di dunia organ
kemahasiswaan ini. Termasuk di Tubuh organ PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam
Indonesia) terkhusus Kota Pekanbaru.(mp/rzf)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar