Media Pergerakan: PMII UIN SUSKA
gambar ilustrasi from google search |
Provinsi Riau merupakan salah satu provinsi terkaya di Indonesia dengan berbagi macam produk-produk
ekspor mentahnya baik minyak, gas, dan barang tambang lainnya. Akan tetapi
mengapa dengan berbagai kelebihan dan kekayaan yang melimpah ini pembangunan di
provinsi riau cenderung tidak merata dan bahkan beberapa bentuk pembangunan
terutama fasilitas-fasilitas public berupa jembatan, pelabuhan, bendungan dll.
Hanyalah sebagai symbol atau jalan untuk mencairkan pundi proyek yang
ujung-ujungnya mangkrak dan terbengkalai begitu saja. Ini baru dari segi
fasilitas, jika kita melihat dari segi penegakan hukum dan pelayanan sosial
kita akan menemukan berbagai kesalahan seperti masih maraknya pungli
dimana-mana, korupsi, dan berbagai perizinan-perizinan yang cacat namun
dibiarkan seperti halnya tempat-tempat hiburan malam yang sering nakal namun
seperti tidak ada tindak lanjut dari para aparat penegak hukum sendiri. Begitu
juga dengan maraknya banci-banci yang bertebaran di beberapa tempat sepanjang
jalan Kota Pekanbaru seharunya ini dilakukan tindak lanjut namun sepertinya
aparat penegak hukum hanya terdiam seribu kata. Apakah sudah ada kong kalikung
dibalik ini semua atau bagaimana? Tentunya hal ini akan membuat miris bagi
mereka yang berfikir akan hal ini.
Berkaca dari fenomena diatas
maka muncul pertanyaan dimanakah peran kaum muda dan mahasiswa yang katanya
adalah sebagai agen of change dan agen social control. Kemanakah mereka? para
kaum muda. Para kaum muda kita banyak disibukkan dengan pergulatan dunia
akademik yang tiada habisnya dan asyik di nina bobokkan oleh gadget-gadget yang
selalu menjadi teman setia mereka. Sehingga mereka tak sadar telah lupa dengan
permasalah dan realita sosial yang terjadi di sekitar mereka. Nah lantas
bagaimanakah solusinya untuk membangkitkan dan menyadarkan jiwa-jiwa yang telah
terlanjur nyaman di sana.
Jika kita menghitung mundur dari
tahun 1998 ke beberapa puluh tahun silam maka kita akan melihat pergerakan
nyata dari mahasiswa terhadap berbagai permasalah dan realita social yang
terjadi di Negara Indonesia. Namun jika kita menghitung keatas dari tahun 1998
sampai tahun 2018 maka kita akan mendapati bahwa pergerakan dan respon
mahasiswa terhadap realita sosial di masyarakat mulai meredup apakah gerangan
kiranya yang menyebabkan hal ini. Disini kita akan mengupas sedikit demi
sedikit penyebabnya.
Ada banyak penyebab dari
kemunduran gerakan dan peran mahasiswa terhadap realita social yang terjadi di
masyarakat diantaranya adalah: pesatnya
arus globalisasi yang menyebabkan munculnya pola hidup hedonis, perkembangan
iptek, dan pola akademik kampus itu sendiri.
Sebelum kita membahas lebih jauh
mengenai bagaimana cara membangkitkan jiwa dan semangat mahasiswa untuk peka
terhadap permasalahan dan kondisi realita social di sekitarnya maka alanglah
baiknya kita sentil sedikit fenomena mahasiswa di dunia akademik kampus,
Terutama yang ada di Pekanbaru. Di kota pekanbaru ada banyak kampus dan
universitas besar seperti UIN SUSKA, UR, UIR, UMRI, UNILAK dll. Yang pastinya
disana ada cukup banyak mahasiswa didalamya. Namun itu semua seperti parang
tumpul yang selalu terlempar ketika digunakan untuk menebang pohon yang artinya
mahasiswanya banyak namun mereka tak punya cukup waktu untuk membahas dan mengenali
permasalahan dan ralita social di sekitar mereka sehingga mereka selalu merasa
jenuh dan mencari pelarian lain untuk mengisi kejenuhan mereka denga bersemedi
bersama gadget-gadget mewah mereka.
Selain itu di keseharian mereka
di kampus sangat jarang ada dosen yang mau membangkitkan semangat mahasiswanya untuk
peka terhadap permasalahan dan realita sosial yang terjadi di sekitarnya. Kebanyakan
dosen-dosen di kampus terkhusus Riau terlalu memaksakan mahasiswanya untuk
terpatok kepada prestasi akademik tanpa menghiraukan sisi kepekaan sosial yang
seharusnya menjadi aspek yang wajib dimiliki mahasiswa dan kaum muda itu sediri. Sehingga
jangan salahkan mahasiswa jika hanya sedikit mereka yang peka terhadap
permasalahan dan relita sosial di masyarakat karena sejatinya rumah mereka sendirilah
yang telah mengekang kreatifitas mereka.
Memang sulit untuk merubah pola
yang sudah mendarah daging namun yakinlah itu semua bisa dirubah namun tidak
akan bisa seinstan yang kita bayangkan semuanya butuh proses dan proses itu
adalah dari diri kita sendiri.
Sadarlah duhai kaum muda,
sadarlah duhai mahasiswa, sadarlah banyak saudaramu yang merintih kesakitan
disana, sadarlah sahabatku bumimu yang kau pijak menjerit setiap hari karena
tanahnya dikeruk oleh tikus-tikus nakal berdasi. Salam pergerakan.(mp/rzfa)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar